KESURUPAN
Author:
@paizinpalmap di Wattpad ^_^
#CHAPTER 1
Semangkuk Bakso Persahabatan
"PERSAHABATAN" dapat terjalin dalam berbagai cara.
Bahkan jika itu adalah cara yang paling aneh sekalipun, atas nama persahabatan
itu tetap di legalkan. Dan apa yang akan terjadi beberapa saat lagi akan
menjadi bukti bahwa persahabatan dapat terjalin dalam situasi baik ataupun
buruk, normal ataupun aneh.
Saat itu, di kantin SD yang akan menjadi tempat dimana cerita
ini di mulai. Di salah satu meja, dua anak laki-laki tengah menyantap semangkuk
bakso. Ada perbedaan yang kentara sekali diantara mereka pada saat itu,
meskipun pada dasarnya mereka berada dalam situasi yang sama: Hari pertama
masuk SD.
Sementara anak yang disebelahnya mengunyah baksonya dengan
tersedu-sedu, Doni dengan percaya diri tampak sangat menikmati setiap suapan
yang masuk ke dalam mulutnya. Dia anak yang cenderung gampang bergaul, tak
pernah pilih-pilih teman. Bahkan dia sering main lompat tali sama anak
perempuan di kompleks tanpa harus jadi tersesat dalam menentukan jenis
kelaminnya.
Beberapa waktu yang lalu dia juga sempat menyapa anak kelas
tiga, "Apa kabar, Coy? Tadi pagi minum susu, kan?"
"Ha..?" kata anak kelas tiga yang disapa, heran.
"Susu bubuk, susu cair, atau susu kental manis ,
Bro?" tanya Doni sok asyik.
Anak kelas tiga itupun lari. Mungkin menanyakan jenis susu
yang dikonsumsi adalah topik yang cukup tabu bagi umur-umur anak SD. Atau
mungkin Doni sudah bergaul dengan cara yang salah....
Anak laki-laki disebelah Doni masih menangis. Entah sudah
berapa banyak air matanya masuk kedalam mangkuk baksonya, sebelum akhirnya
tersentak ketika bel masuk berdering. Dia memandangi sekelilingnya, mengamati
murid-murid yang berlari ke dalam kelas. Sesaat dia tampak hendak melakukan apa
yang dilakukan kebanyakan murid, tetapi ketika kesadarannya kembali, ketika
kekagetannya sirna, ingatan tentang rumah kembali terngiang dan diapun duduk
kembali. Dia terlalu sedih untuk berdiri kembali, terlalu sedih untuk
menghadapi agenda kelas yang terasa mengerikan baginya. Sama halnya dengan
Doni, yang ternyata memilih untuk diam di tempat seraya menyantap semangkuk
baksonya yang tak kunjung habis, namun dengan wajah yang cerah serta alasan
yang jelas berbeda.
Sebenarnya hal ini sudah Doni pertimbangkan sejak tadi. Sejak
awal datangnya waktu istirahat sebenarnya dia sudah membuat rangkaian
kegiatannya sendiri. Dia sudah punya rencana yang akan terlaksana persis ketika
mangkuk baksonya kosong, dan sebentar lagi, tepatnya tak lebih dari lima suap,
dia akan berdiri. Dia sangat yakin bahwa satu-satunya kegiatan yang akan dia
lakukan di kelas adalah perkenalan, seperti beberapa jam yang lalu, dan baginya
itu tidaklah lebih baik ketimbang menelusuri setiap jengkal halaman sekolah,
ataupun melewati koridor sendirian dan kemudian tersesat, lalu panik.
Saking semangatnya memikirkan apa-apa saja yang akan dia
lakukan setelah mangkuk baksonya habis, Doni menambahkan sesendok penuh cabe
rawit meskipun sebelumnya dia sudah menaruh satu sendok penuh cebe rawit ke
dalam mangkuk baksonya. Saking sedihnya memikirkan waktu pulang yang masih
sangat lama, anak laki-laki yang duduk di sebelah Doni mengunyah baksonya
perlahan-lahan, lalu semakin pelan dan lebih pelan lagi. Sesungguhnya dia
seperti halnya kebanyakan anak kecil yang tak siap menghadapi lingkungan
sekolah, namun lebih melankolis.
Doni menatap mangkuk baksonya. Sebentar lagi..... Tinggal
tiga suap lagi dan petualangan besarnya bisa dimulai..... Peduli amat dengan
acara perkenalan antar murid baru. Toh nantinya mereka juga akan kenal sendiri
seiring berjalannya waktu. Saat ini ada petualangan besar yang sedang menunggu,
dan dia sudah tak sabar untuk.....
"Dia kenapa? Kamu apain dia...?" tanya mamang bakso, yang mendadak muncul dengan tampang setengah panik.
"Dia kenapa? Kamu apain dia...?" tanya mamang bakso, yang mendadak muncul dengan tampang setengah panik.
Doni pasti sangat bingung jika saja tak menoleh ke samping,
dan terkejut menyaksikan apa yang terjadi pada anak laki-laki di sampingnya.
Doni hampir pasti tak pernah melihat pemandangan seperti ini. Dia sangat kaget!!.
Dia kaget mengetahui kalau ternyata seseorang sedang kejang-kejang sementara ia
asyik dalam pikirannya sendiri.
"Kamu ngasih racun ya...? Iya kan..!" tuduh mamang
bakso, menunjuk mangkuk bakso anak laki-laki yang kejang-kejang.
"Ngaku..!!"
Bukan salah siapa-siapa kalau tak ada yang sadar bahwa anak
laki-laki yang kejang itu sebenarnya kesurupan. Wajahnya lebih mirip orang
keracunan daripada kesurupan.
"Saya gak ngelakuin apa-apa." kata Doni, memandang
heran anak laki-laki disampingnya. Anehnya anak laki-laki itu menatap balik,
meski kepalanya godek-godek.
"Lihat, kan! Kamu lihat kan tatapan matanya!" kata
mamang bakso, yakin. "Anak ini mulutnya emang gak bisa dipake.... Tapi
matanya masih bisa menunjukan siapa pelakunya. Dan pelakunya adalah...."
Tiba-tiba anak laki-laki di samping Doni menatap mamang
bakso. Kepalanya masih godek-godek.
"Harusnya saya sadar sejak tadi," ujar mamang bakso
serius. "Ini lebih serius dari dugaan saya...." dia berputar-putar di
tempat, matanya menyipit tajam memperhatikan Doni. "Racun yang kamu
gunakan memberikan efek halusinasi dan membuat hilangnya kontrol diri. Dalam
hal ini kita tidak bisa mempercayai gerakan tubuh korban.... Racun jenis apa
yang kamu gunakan? Ngaku!!!"
"Saya gak ngelakuin apa-apa," jawab Doni ogah-ogahan.
Dia masih terlalu kecil untuk memahami tuduhan dari mamang bakso. Yang dia tahu
adalah, dia harus segera pergi. Terserah mau itu dikelas atau di luar kelas,
yang pasti bukan di kantin.
"Jadi kamu nuduh saya? Jadi kamu mau nuduh kalau saya
yang ngeracunin? Maksud kamu bakso bikinan saya beracun? Asal kamu tahu, saya
sudah lama banget gak pake yang namanya 'formalin'! Dan sudah enam bulan
semenjak terakhir saya pake daging tikus! Saya pake daging ayam sekarang.
Da-Ging A-Yam !"
Doni memandang ngeri kepada mamang bakso.
"Jadi.... Ada banyak yang harus kamu jelasin,"
desis mamang bakso dengan nada mengancam, matanya menyipit tajam dari seberang
meja. "Terutama sama orang tua anak ini...."
Persis ketika mamang bakso menunjuk anak laki-laki di samping
Doni, tiba-tiba anak laki-laki itu menepuk bagian pinggir mangkuk baksonya dan
tumpah mengenai wajahnya. Doni panik, buru-buru dia menyeka wajah anak
laki-laki itu dengan tangannya dan ajaibnya....
"Kamu harus jelasin sama orang tua anak ini, kenapa
anaknya bisa.... Sembuh. Kamu gak ngeracunin dia...."
Mamang bakso nyengir, kemudian pergi.
"B-b-bakso.... B-baksonya," rengek anak laki-laki
di samping Doni, menunjuk mangkuk baksonya yang kosong.
Doni menghela napas panjang. Tangan gemuknya menyodorkan mangkuk
baksonya kesamping, tepat ke arah anak laki-laki disampingnya. Dia tersenyum
saat mangkuk baksonya diterima.
"P-p-pedas," kata anak laki-laki disamping Doni. Dia
menangis.
"Tadi pake cabe rawit," balas Doni seraya terkekeh,
"dua sendok penuh."
Dan sejak saat itu sesuatu yang baru dimulai. Mereka tidak
tahu bahwa takdir akan mengikat mereka lebih erat dari yang bisa dibayangkan,
bahkan oleh seorang pengkhayal sekalipun. Dan Doni tal sadar kalau yang dia
tawarkan bukanlah semangkuk bakso, ataupun semangkuk sisa bakso, melainkan persahabatan.
********** Chapter 2 Selanjutnya
***********
Quote:
"Dunia ini tak sesederhana seperti yang kau percayai. Dunia tidak hanya
bisa diisi oleh kejadian yang hanya ada di kepalamu."
daftar isi:- Kesurupan Chapter 1
- kesurupan Chapter 2
- Kesurupan Chapter 3
- Kesurupan Chapter 4
- Kesurupan Chapter 5 -----(segera)
*Jika Anda menyukai artikel di Blog ini… atau buat Anda yang
gak mau ketinggalan cerita menarik lainnya, yuk ikuti Fanspage facebook kami ‘Dreaming Galaxy ID’.
Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via facebook, dengan begitu Anda
akan mendapat kiriman setiap ada artikel yang terbit di Blog Dreaming Galaxy.
#Jangan Biarkan Dirimu
Membaca Sendiri__-Bantu Share-__Berbagi Itu Indah Lho..#
Thank's For Reading This Article ^^
0 Komentar