KESURUPAN (Chapter 4)/ Mbah Sugeng

July 18, 2017
KESURUPAN (4)

Author: @paizinpalmap di Wattpad ^_^
PERHATIAN: (Sebelum Membaca Artikel Ini)

Kalau kamu belum membaca bagian(chapter) sebelumnya, silahkan baca di: Kesurupan chapter1/ Kesurupan chapter 2 / Kesurupan chapter 3 .

Ok, happy reading guys!! ^-^

#CHAPTER 4



Mbah Sugeng  

HANYA dalam beberapa hari desas-desus mengenai Andi menyebar. Sekarang kemungkinan untuk menjadi populer sirna. Andi mendapat julukan 'Andi Pengebiri'. Tiap murid laki-laki yang secara tak sengaja ditemuinya hampir pasti menutup  selangkangannya, berusaha menjaga sesuatu yang pantas dijaga. Pada minggu pertama Doni dan Andi sukses menjadi anak yang paling dihindari. Dalam artian lain: Dikucilkan.

"Salah kita apa?" , protes Andi.

"Mungkin kita terlalu istimewa untuk mereka, " balas Doni. Dia memandang setiap murid laki-laki yang menutupi selangkangannya.

"Gue capek kayak gini terus. Gue capek kesurupan terus. Gue cuma mau jadi normal...."

Doni hanya mengangguk, kali ini dia tak punya apa-apa untuk dikatakan. Sama dengan Andi, yang tak punya apa-apa untuk diharapkan. Dia sudah menurunkan targetnya. Menjadi normal rasanya sudah luar bisaa.

"Mau ikut gak?" kata Andi.

"Ke mana?"

"Ke WC, gue mau pipis. Pipis. Pipis.... Pipis, pipis, pipis, pipis, pipis," kata Andi terus begitu dengan nada yang konsisten. Makhluk yang merasukinya sepertinya belum pernah pipis seabad.

"Bisa gak sih ngomong lain selain pipis! "

Hening sejenak. Andi, atau entah siapa nama makhluk yang merasuki Andi, jatuh terduduk di lantai. Tapi kemudian dia tersenyum.

"Kencing.... Pipis, kencing, pipis, kencing, pipis," ucap Andi terus menerus, dan di ulang tanpa berhenti.

Setengah jengkel Doni mengambil semprotan air garam dari sakunya, menyemprotkannya ke wajah Andi dan mengusap alisnya. Seperti yang sudah-sudah, kesadaran Andi kembali.

"Gue kesurupan lagi?" tanya Andi.

Doni mengangguk lemah.

"Bahkan gue gak bisa pipis dengan tenang---yah, bocor deh...."
*******************

Masalah hadir untuk jawaban. Terkadang banyak dari kita yang melupakan hal itu. Banyak dari kita dengan pasrah menganggap suatu masalah tak akan terpecahkan, abadi, dan beranak-pinak. Barangkali sebenarnya jawaban dari masalah itu ada di dekat kita, hanya saja terinjak, berada di bawah kali kita tanpa disadari. Dan dalam kesempatan ini, tepatnya di koridor sekolah persis setelah pelajaran terakhir selesai, jawaban dari permasalahan Andi tepat berada dibawah kakinya, atau setidaknya begitulah yang tertulis pada selebaran :

"MENGATASI MASALAH TANPA MASALAH"

Anda punya masalah? Atau anda dianggap biang masalah? Silakan hubungi MBAH SUGENG : 085XXXXXXX

"Mungkin ini jawaban dari masalah kita!" satu Andi.

"Mungkin," jawab Doni ragu.

"Kenapa gak coba hubungi aja nomornya?"

Andi tak menjawab. Tapi dari matanya menunjukkan bahwa dia jelas tergoda. Dia segera menghubungi Mbah Sugeng.

"Gak dijawab, Don,"

"Mungkin dia lagi menyelesaikan banyak masalah. Coba hubungi terus."

Sekali lagi Andi mencoba menghubungi mbah sugeng, namun gagal. Andi terus mencoba tanpa henti, dan akhirnya berhasil ketika mereka tiba di luar gerbang. Yang didengar pertama kali adalah suara yang  bersahabat, lengkap dengan intonasi dari orang yang terbisaa mengiklankan diri------secara garis besar mirip suara call center, "Mengatasi masalah tanpa masalah. Dengan Mbah Sugeng di sini."

"Saya Andi." tiba-tiba Doni menarik lengan Andi, kemudian menunjuk pria yang membagi-bagikan selebaran. "Jangan sekarang, Don," bisiknya.

"Wah, kamu punya aura yang bagus. Saya bisa merasakan kehadiran kamu. Suara kamu terasa sangat dekat.... "

Sekali lagi Doni menarik lengan Andi, dan akhirnya dia paham maksud sahabatnya.

"Kayaknya kita emang.... Mbah lagi nyebarin selebaran, ya?"

Dengan sigap pria yang membagikan selebaran itu berbalik, buru-buru mengenakan turban yang disematkan pin Hello Kitty, dan dengan gaya sok berusaha menerka, "Masalah..... Kalian pasti jomblo!"

"Iya! Kok tau!" timpal Doni.

"Memang betul di era globalisasi ini kita dituntut agar tegas dalam segala hal, terutama dalam bidang asmara. Bahkan, waktu saya muda, padahal belum kenal tuh yang namanya internet, tapi saya dijauhi gara-gara jomblo. Tapi waktu itu saya belum kenal pelet..... Intinya, kejombloan membuat orang bisa dikucilkan. Kalian pasti dikucilkan!"

"Iya!" seru Doni dengan tatapan yang seakan berkata, "kenalin saya sama pelet dong!"

Mbah Sugeng mengangguk puas. Tebakannya tepat sasaran.

"Kami emang dikucilkan, tapi bukan karena jomblo. Masalah kami lebih serius, "kata Andi."

"Lebih serius?" kata Mbah Sugeng, yang mengambil kursi kecil di  belakangnya. "Silakan duduk-----saya saja yang akan duduk. Maksud saya silahkan cerita."

Andi mendadak bingung, tak tahu harus memulai dari mana. Perjalanan sembilan tahun bersama Doni bukanlah sesuatu yang mudah di rangkum. Hampir semuanya penting. Terutama saat pertemuan pertamanya dengan Doni, yang diawali oleh semangkuk bakso. Dia juga tak mungkin memotong tentang Doni yang bisa menyadarkannya dirinya kembali melalui cara-cara sederhana.

Maka selama setengah jam Mbah Sugeng duduk mendengarkan Andi, dan menyesal. Dia menyesal setelah tahu bahwa apa yang dihadapinya benar-benar serius, bukan persoalan gampangan yang bisa selesai dengan wajah meyakinkan, mulut yang bergetar, dan kepura-pura an bahwa masalah sudah terselesaikan.

"Kalau gitu kalian aja yang duduk, saya berdiri," kata Mbah Sugeng setelah Andi selesai bercerita.

Doni dan Andi duduk sekursi, menatap Mbah Sugeng yang mondar-mandir.

"Gimana, Mbah?" tanya Andi.

"Jadi persoalannya terletak di sini," kata Mbah Sugeng. Menunjuk yakin pada dada Andi, dan mendadak, tiba-tiba saja seluruh tubuhnya bergetar. Napasnya seakan tersendat beberapa saat, dan akhirnya kembali lega seraya berkata, "Barusan saya menutup pintu masuk menuju raga kamu, Andi. Gimana rasanya? Lega, kan? Lega, kan? Iya, kan!"

Andi tersenyum.

"Akhirnya," gumam Doni, dengan tampang yang seolah berkata, "Gue bebas!"

"Mengatasi masalah tanpa masalah," ujar Mbah Sugeng dengan gaya call center.

"Ampun, Sugeeeng!" bentak Andi, yang sudah jelas bukan lagi Andi karena suaranya mendadak renta, seperti orang yang tengah menunggu ajal.

"Semprot! Cepat semprot!" ujar Mbah Sugeng kepada Doni. "SEKARANG!"

Doni dengan sigap meraih semprotan air garam di dalam sakunya, namun suara renta mahluk yang merasuki Andi membentak, "APA?" kamu berani ngusir saya? Kamu gak tahu siapa saya?"

Doni menggeleng, panik.

"Saya pahlawan kemerdekaan! Kamu berani ngusir saya, setelah saya bersusah payah mengusir penjajah?"

Doni, sekali lagi, menggeleng.

"Kasih saya waktu. Saya ada urusan," ujar Andi. Dia berbalik menatap Mbah Sugeng yang mendadak kecut. "Hiduplah sebagai orang yang berguna bagi orang lain!"

"Amm-pun, kakek," cicit Mbah Sugeng. "Saya berguna kok..... motto saya aja mengatasi masalah tanpa masalah." Mbah Sugeng menunjukkan isi selebaran yang dia sebarkan. "Niat saya baik kok."

"Kamu masih ingat kan hukuman buat pembohong?"

"Ampun kakek...... Saya gak kuuaat.... Saya gak mau makan duren sama bijinya..... Saya gak suka duren. Lebih enak alpukat."
********************

Pertemuan dengan Mbah Sugeng ternyata tak banyak membantu, malah sebaliknya. Mbah Sugeng ternyata penipu ulung. Semenjak pagi tadi, sehari setelah bertemu Mbah Sugeng, Andi sudah kesurupan lima belas kali. Itu adalah rekor kesurupan terbanyak yang pernah dia lakukan dalam kurun 5 jam. Dan masih bisa bertambah lagi.

"Kita merdeka atas nama bangsa sendiri, atas nama darah pahlawan," ujar guru sejarah. "Banyak darah yang tertumpah, dan kita harus bangga akan hal itu! Dengan gagah mereka melawan dengan bambu runcing. Banyak korban berjatuhan. Di situ letak kesalahan mereka. Kenapa gak pake pis-tolll? Ambil kek dari penjajah, nyolong kek, atau minjem kalau takut dosa."

Tiba-tiba Andi mengangkat tangannya. Dari matanya Doni tahu Andi sedang serius. Tapi ini tetap mencurigakan.

"Ada apa, Andi?" tanya guru sejarah.

Sekarang Andi maju ke depan kelas.

"Siapa yang bilang saya pake bambu runcing? Kamu gak tahu apa-apa! Jangan hina para pahlawan!" bentak Andi, seraya menunjuk guru sejarah yang sekarang meringkuk di sudut kelas.

"K-ka-mu s-siap-pa ?" kata guru sejarah.

"Saya Karto, pahlawan kemerdekaan."
****************

"Itu kan bukan gue, tapi kakek Mbah Sugeng," keluh Andi, setelah beberapa menit yang lalu didampart guru sejarah. "Kenapa jadi nilai guey yang dikurang."

"Nilai gue juga," kata Doni. "Cuma gara-gara telat nyemprot lo pake air garam..... Eh! Semprotannya ketinggalan di kelas!"

"Pipis?"

"Bukan! Kuping lo kemasukan apa sih?"

"Pipis."

"Jangan bilang......"

"Pipis, pipis, pipis, pipis, pipis, pipis," ujar Andi terus-menerus, tanpa henti. Tubuhnya lagi-lagi di ambil alih makhluk yang menahan kencing selama satu abad.

"Setan pipis kembali!"

Ini adalah saat paling dilematis sebenarnya. Doni segera mungkin harus mengambil semprotannya dikelas dan menyadarkan Andi. Tetapi kembali ke kelas berarti meninggalkan Andi, dan itu membuka peluang terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Bahkan sekarang Andi berlari menghampiri siapa saya sambil menyodorkan selangkangannya. Sekarang dia lebih mirip penjahat kelamin ketimbang orang kesurupan.

Namun..... Tiba-tiba saja..... Seorang cewek muncul seraya menyodorkan semprotan yang tertinggal di kelas. Untuk lima detik awal Doni memandang penuh terima kasih, sementara dua ratus sembilan puluh lima detik selanjutnya terpesona. Dia tersadar sewaktu Andi menawarkan  selangkangannya dan berteriak, "Pipis!" dengan tarian striptis.

"Gue tahu reputasi kalian," ujar cewek yang membawa semprotan Doni, sesaat setelah Doni menyemprot Andi dengan air garam. "Gue butuh bantuan kalian."

"Nama...... Siapa......" ujar Doni terpesona.

"Oh, iya! Nama gue Rina."
****************

Rina adalah tipe cewek yang gampang terkenal. Rambutnya panjang terurai, wajahnya merah merona, tangannya ada dua, organ tubuhnya sehat-sehat, dan dia sering tersenyum tanpa perlu kehilangan kesan waras. Singkat kata: Dia adalah cewek paling populer di sekolah.

Namun di balik pesonanya yang luar bisaa, ada sisi kelam yang belum terungkap. Melalui percakapan singkat di kantin Doni dan Andi tahu bahwa Rina adalah pecinta berat horor. Tapi bukan itu sisi kelam yang belum terungkap. Ternyata, karena dipengaruhi oleh tontonan ataupun bacaan horor di rumahnya, diam-diam Rina menanamkan hasrat dalam hatinya, menginginkan sesuatu yang dihindari banyak orang, terutama oleh Andi jika mungkin. Diam-diam Rina ingin mengetahui bagaimana rasanya kesurupan.

Bisa dibilang rencana Rina agak jenius kalau bukan agak dongo. Andi, yang kita tahu adalah orang yang paling mudah kehidupan, akan digunakan sebagai magnet pemanggil makhluk halus. Dengan begitu Rina berharap probabilitas dirinya dirasuki akan meningkat tajam.

"Hai, Rina," sapa anak laki-laki berhidung mencong.

Dengan ragu-ragu Rina membalas, "Hai juga....."

"Jimmy."

"Hai juga, Jimmy."

Anak laki-laki berhidung mencong itu berlalu. Sejauh ini Rina sudah di-Hai oleh sebelas orang. Doni, diam-diam, semakin terpesona.

“Ternyata kamu populer banget….”

“Jadi gimana?” Tanya Rina, matanya memohon kepada Doni dan Andi.

“Nanti gimana kalau lo kesurupan? Siapa yang bakal tanggung jawab? Lo tau kan kalau Doni Cuma bisa ngusir makhluk halus dari tubuh gue?” jawab Andi.

“Gue siap tanggung jawab….” Gumam Doni sepelan mungkin.

“Kalau soal itu sudah  beres. Gue tau orang yang bisa menangani orang-orang yang kesurupan. Jadi pas gue kesurupan, kalian bisa telepon dia. Jadi gimana?”

“Kenapa gak sekalian aja minta dibikin kesurupan sama dia?” kata Andi.

“Mas, saya Rina, bikin saya kesurupan dong’. Gak mungkin kan gue ngomong kayak gitu?” sahut Rina.

“Jadi kenapa kami mau bantuin lo? Kenapa menurut lo kami bakal mau sementara orang lain enggak?”

“Karena kalian…. Kalian…. Eh…”

“Aneh?” potong Andi. “Karena kami gak punya temen?”

“Enggak, bukan kayak gitu….”

Tapi terlambat, Andi sudah pergi. Bagi Andi, yang saban hari kesurupan, menjadi normal beberapa  hari, dalam artian tidak kesurupan, adalah bentuk nyata dari liburan. Dia bersedia menukar apa saja untuk itu, sementara Rina berpikir sebaliknya. Kadang sesuatu yang dihindari oleh yang satu malah dihampiri oleh yang lain, yang ditolak oleh yang satu diterima oleh yang lain. Jika ketidakcocokan adalah alasan untuk saling membenci, itu dapat ditemukan dengan sangat mudah.

“Siapa sih orang yang bisa menangani orang kesurupan yang lo maksud?” tanay Doni penasaran.

“Namanya Mbah Sugeng.” Jawab Rina gampang. “Gue tau dari selebaran yang gue dapet beberapa hari yang lalu.”

************** Tunggu Update-an Chapter 5 Selanjutnya**************

Daftar Isi :
5.      Kesurupan (Chapter 5) -----( segera )

*Quote : “Kata orang hidup itu pahit seperti kopi. Tidak apa-apa. Karena itu akan membuat mata kita lebih terbuka”.
*Jika Anda menyukai artikel di Blog ini… atau buat Anda yang gak mau ketinggalan cerita menarik lainnya, yuk ikuti Fanspage facebook kami ‘Dreaming Galaxy ID’. Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via facebook, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman setiap ada artikel yang terbit di Blog Dreaming Galaxy.
#Jangan Biarkan Dirimu Membaca Sendiri­__-Bantu Share-__Berbagi Itu Indah Lho..#


Previous
Next Post »
0 Komentar

Share in Facebook

Yang Sedang Dibaca Orang-orang

Ikuti fanspage Dreaming Galaxy ID ^-^